LAPORAN PPRAKTIKUM FARMAKOLOGI "MIDRIATIK - MIOTIK"

LAPORAN PPRAKTIKUM FARMAKOLOGI
MIDRIATIK - MIOTIK

Pendahuluan

Midriatik merupakan golongan obat yang menyebabkan dilatasi pada pupil mata, sementara miotik merupakan obat yang menyebabkan pupil mata mengecil. Efek midriatik biasa didapatkan dari obat golongan simpatomimetik dan antimuskarinik, obat ini digunakan untuk siklopegia/memungkinkan mata untuk fokus ke objek yang dekat dengan cara melemahkan otot siliaris (biasanya untuk memudahkan prosedur operasi tertentu)
Obat yang memberikan efek midriatikum-siklopegia, antara lain: atropine, homatropine, tropicamide. Atropin merupakan alkaloid yang diisolasi dari Atropa belladona L. Atropin dapat diabsorbsi melalui mukosa nasal dan memberikan efek sistemik yang berpotensi menimbulkan keracunan, sehingga pemberiannya memerlukan perhatian khusus agar atropin yang diteteskan ke mata tidak masuk ke dalam mukosa nasal.

Pada pasien glaukoma sudut sempit, pengaliran cairan intraokular melalui saluran schlemm akan terhambat karena muaranya terjepit (dalam keadaan midriasis), sehingga dosis pemberian atropin pada pasien glaukoma perlu diperhatikan. Miotikum biasanya meruapakan efek dari obat antagonis -adrenergik atau agonisĪ² muskarinik, dimana bekerja dengan membuka sistem saluran di dalam mata, dimana sistem saluran pada mata diatur oleh otot siliaris. Penggunaan obat miotikum biasanya diperuntukkan untuk pasien glaukoma dengan tujuan terapi mengurangi tekanan di dalam mata dan mencegah kerusakan lebih lanjut pada penglihatan. Contoh obat: Betaxolol dan pilocarpin. Pada praktikum kali ini dilakukan pengamatan efek pemberian atropin dan pilocarpin pada pupil mata tikus. 


Dasar Teori
2.1.  Sistem saraf otonom
Sistem saraf otonom yang dikenal juga dengan nama sistem saraf vegetatif, sistem saraf visceral atau sistem saraf tidak sadar, sistem mengendalikan dan mengatur kemauan. Sistem saraf ini terdiri dari atas serabut saraf-saraf, ganglion-ganglion dan jaringan saraf yang mensyarafi jantung, pembuluh darah, kelenjar-kelenjar, dan otot-otot polos. Obat-obat yang sanggup mempengaruhi fungsi sistem saraf otonom, yaitu bekerja berdasarkan kemampunannya untuk meniru atau memodifikasi aktivitas neurohormon-transmitor tertentu yang dibebaskan oleh serabut saraf otonom di ganglion atau sel-sel (organ-organ) efektor.
2.2.  Kolinergik
Kolinergik adalah sekelompok zat yang dapat menimbulkan efek yang sama dengan stimulasi Susunan Parasimpatis (SP), karena melepaskan neurohormon asetilkolin (Ach) diujung-ujung neuronnya. Efek kolinergik faal yag terpenting adalah sebagai berikut :
·         Stumulasi pencernaan dengan jalan memperkuat peristaltic dengan sekresi kelenjar ludah dan getah lambung (HCl), juga sekresi air mata, dan lain-lain.
·         Memperlambat sirkulasi, antara lain dengan mengurangi kegiatan jantung, vasodilatasi, dan penurunan tekanan darah.
·         Memperlambat pernapasan, antara lain dengan menciutkan bronchi, sedangkan sekresi dahak dipebesar.
·         Kontraksi otot mata dengan efek penyempitan pupil mata (miosis) dan menurunnya tekanan intraokuler akibat lancarnya pengeluaran air mata.
·         kontraksi kandung kemih dan ureter dengan efek memperlancar pengeluaran urin.
·         Dilatasi pembuluh dan kontraksi otot kerangka.
·         Menekan SSP setelah pada permulaan menstimulasinya.

2.3.  Antikolinergik
Obat antikolinergik disebut juga parasimpatolitik, berarti obat yang bekerja menghambat timbulnya efek akibat aktivitas susunan saraf parasimpatis. Antimuskarinik merupakan antikolinergik yang bekerja di alat yang dipersarafi serabut pascaganglion kolinergik. Antimuskarinik memperlihatkan efek sentral terhadap susunan saraf pusat, yaitu merangsang pada dosis kecil dan mendepresi pada dosis toksik.
2.4.Pilokarpin
Pilokarpin HCl merupakan bahan obat yang khas digunakan pada mata (opthalmologika) dengan kerja penyempit pupil (miotika). Pilokarpin merupakan obat kolinergik golongan alkaloid tumbuhan, yang bekerja pada efektor muskarinik dan sedikit memperlihatkan sedikit efek nikotinik sehingga dapat merangsang kerja kelenjar air mata dan dapat menimbulkan miosis dengan larutan 0,5 - 3%. Obat tetes mata dengan zat aktif pilokarpin berkhasiat menyembuhkan glaukoma dan mata kering. Dosis pilokarpin yang paling umum digunakan untuk sediaan tetes mata adalah 1 – 4%.
Alkaloid pilokarpin terdapat pada daun tanaman Amerika yaitu Pilocarpus jaborandi. Khasiat utamanya adalah sebagai muskarin, dengan efek nikotin yang ringan sekali. Awalnya SSP distimulasi, kemudian ditekan aktivitasnya. Penggunaan utama pilokarpin adalah sebagai miotikum pada glaukoma. Efek miotisnya dalam tetes mata dimulai sesudah 10-30 menit dan bertahan 4-8 jam. Toleransi dapat terjadi setelah digunakan untuk waktu yang lama, yang dapat ditanggulangi dengan jalan menggunakan kolinergik lain selama beberapa waktu misalnya karbachol atau neostigmin.
2.5.  Atropin

Atropin berkhasiat sebagai antikolinergik kuat dan merupakan antagonis khusus dari efek muskarin asetilkolin. Atropin juga memiliki kerja sedatif pada SSP dan memiliki daya bronkodilatasi ringan berdasarkan peredaan otot polos bronchi. Atropin  merupakan (campuran d- dan l- hiosiamin) dan skopolamin (l- hiosin) merupakan dua alkaloid aktif. Atropin terutama ditemukan pada Atropa belladonna dan Datura stramonium, sedangkan skopolamin terutama diperoleh dari Hyoscyamus niger. Alkaloid-alkaloid ini merupakan ester organik dari asam tropat dengan tropanol atau skopin (basa organik). Hambatan oleh atropin bersifat reversibel dan dapat diatasi dengan pemberian asetilkolin dalam jumlah berlebihan atau pemberian antikolinesterase. Atropin memblok asetilkolin endogen maupun eksogen, tetapi hambatannya jauh lebih kuat terhadap yang eksogen. Skopolamin memiliki efek depresi sentral yang lebih besar daripada atropin, sedangkan efek perifer terhadap jantung, usus, dan otot bronkus lebih kuat dipengaruhi oleh atropin. Efek farmakodinamik atropin yaitu merangsang medulla oblongata dan pusat lain otak; alkaloid belladonna menyebabkan midriasis dan sikloplegia; mengurangi sekret hidung, mulut, faring, dan bronkus; frekuensi jantung berkurang; menghambat bradikardi; antispasmodic; menghambat aktivitas kelenjar eksokrin, yaitu kelenjar liur dalam mulut serta bronkus.

Untuk Hasil dan Pembahasan nya silahkan dibuka pdf dibawah ini yaa...


Komentar