Contoh Obat-obat yang Berinteraksi dalam Proses Absorpsi dan Ekskresi

Haloo Assalamualaikum :)
Ini jadi postingan pertama di 2020 ini,
setelah dilihat lagi, ternyata tidak ada postingan tahun lalu 2019 ni :(
Semoga postingan ini menjadi awal penyemangat dan rajin kedepannya..
Semogaa bermanfaatt :
Interaksi Obat
INTERAKSI OBAT




I
Absorpsi

a.
Interaksi langsung
Interaksi secara fisik/kimiawi antar obat dalam lumen saluran cerna sebelum absorpsi dapat mengganggu proses absorpsi.


Obat A
Obat B
Efek


Tetraasiklik, fluorokuinoton
Kation multivalen (Ca2+,Mg2+, Al3+ dalam antasid, Ca2+ dalam susu, Fe2+ dalam sediaan besi)
Terbentuk kelat yang tidak diabsorpsi → jumlah absorpsi obat A dan Fe2+ ↓


Digoksin, digotoksin
Adsorben, Kaolin, arang aktif)
Obat A siabsorpsi oleh obat B → jumlah adsorpsi obat A ↓


Warfarin, digoksin, siklosporin, asam valporat
Resin penukar anion (kolestiramin, kolestipol)
Obat A siabsorpsi oleh obat B → jumlah adsorpsi obat A ↓


Bifosfonat (misalnya alendronat)
Kalsium
Kompleks yang tidak larut → jumlah absorpsi obat A ↓






b.
Perubahan pH cairan saluran cerna
Cairan saluran cerna yang alkalis, misalnya akibat antacid, H2 bloker atau penghambat pompa proton akan meningkatkan kelarutan obat bersifat asam yang sukar larut dalam suasana asam.


Obat A
Obat B
Efek


Antasida, H2, bloker, penghambat pompa proton
Aspirin, glibenklamid, glipizid, tolbutamid
Kelarutan obat B (obat-obat asam)↑ → absorpsi obat B↑


Idem
Ketokonazil, itrakonazol, (flukonazol tidak dipengaruhi)
Kelarutan obat B (obat-obat basa ↓  → absorpsi obat B 


Antasida, H2, bloker, penghambat pompa proton
Penisilin G, eritromisin



Antasida, H2, bloker, penghambat pompa proton
Fe
pH lambung ↑ → jumlah absorpsi obat b ↓


Vitamin C
Fe
Jumlah absorpsi obat ↓ → absorpsi obat ↑






c.
Perubahan waktu pengosongan lambung dan transit usus
Usus halus adalah tempat absorpsi utama untuk semua obat, termausk obat bersifat asam. Di sini absorpsi jauh lebih ceoat daripada di lambung. Oleh karena itu, makin cepat obat sampai di usus halus, maka makin ceoat juga absorpsinya.


Obat A
Obat B
Efek


Antikolinergik, antidepresi trisiklik, analgesik narkotik, Al(OH)2 dalam antasida
Parasetamol, diazepam, propanolol, fenilbutazon
Obat A memperpanjang  waktu pengosongan lambung → memperlambat absorpsi obat B


Idem
Levodopa
Obat A memperpanjang  waktu pengosongan lambung → bioavaibilitas obat B↓ (karena ↑ pembentukan dopamin oleh enzim dopa dekarboksilase di mukosa saluran cerna


Idem
Klorpomazin
Obat A memperpanjang  waktu pengosongan lambung → bioavaibilitas obat B↓ (karena ↑ metabolisme oleh enzim di mukosa saluran cerna


Idem
Digoksin, korsteroid
Obat A memperpanjang waktu transit usus → bioavaibilitas obat B↑ (karena obat B sukar larut dalam air sehingga memerlukan waktu untuk melarut dalam cairan saluran cerna)


Idem
Dikumarol
Idem (karena obat B sulit diabsorpsi)


Metoklopramid, laksans, Mg(OH)2 dalam antasid
parasetamol, diazepam, propanolol
Obat A memperpendek waktu pengosongan lambung → mempercepan absorpsi obat B


Idem
levodopa
Obat A memperpendek waktu pengosongan lambung → bioavaibilitas obat B ↑


Idem
digoksin, prednison, dikumarol
obat A memperpendek waktu transit usus  → bioavaibilitas obat B↓


d
Efek toksik pada saluran cerna
Terapi dengan asam mefenamat, neomisin, dan klokisin menimbulkan sindrim malavsorpsi yang menyebabkan absorpsi obat lain terganggu


Obat A
Obat B
Efek


Kolkisin
Vitamin  B12
Obat A mengganggu absorpsi obat B di ileum sehingga dapat menyebakan anemia megaloblastik


Neomisin
Penisilin V, digoksin, vitamin B12
obat A mengurangi absorpsi obat B


Neomisin
Kolesterol, asam-asam empedu, vitamin A
Obat A mengganggu pembentukan misal → menghambat absorpsi obat B






e
Mekanisme tidak diketahui
Beberapa obat mengurangi jumlah absorpsi obat lain dengan mekanisme yang tidak diketahui.


Obat A
Obat B
Efek


Al(OH)2
Propanolol, ING, Indometasin
obat A mengurangi absorpsi obat B


Antasid
Fenitoin, siimetidin, ranitidin, klorpromazin
Idem


Furosemid
Fenitoin, siimetidin, ranitidin, klorpromazin
Idem


 Sulfaselazin
digoksin
Idem






II
Eksresi Ginjal



a
Gangguan ekskresi ginjal akibat kerusakan ginjal oleh obat
Obat-obat yang dapet menyebabkan kerusakan ginjal adalah aminoglikosida, siklosporin, dan amfoterisin B. jika obat-obat ini diberikan Bersama obat-obat lain yang eliminasinya terutama melalui ginjal maka akan terjadi akumulasi obat-obat lain tersebut sehingga menimbulkan efek toksik.


Obat A
Obat B
Efek


Obat A merusak ginjal → akumulasi obat B yang dieliminsasi terutama melalui ginjal → efek toksik obat B


Aminoglikosida, siklosporin
digoksin
↑ kadar digoksin → efek toksik


amfoterisin B
flusitosin
↑ kafat flusitosin → depresi sumsum tulang


Aminoglikosida
AINS, amfoterisin B
Sinergisme dapat menimbulkan kerusakan ginjal











b
Kompetisi untuk sekresi aktif di tubulus ginjal
Hambatan sekresi aktif di tubulus ginjal terjadi akibat kompetisi antara obat dan metabolit obat untuk sistem transport aktif yang sama, yakni P-glikoprotein untuk kation organic dan zat netral, dan multidrug restistance protein (MRP) untuk anion organic dan konjugat.


Substrat
Penghambat
Efek

1
MRP




Penisilin, sefalosporin
Probenesid
↓ klirens penisilin → kerja penisilin menjadi panjang


Metotresksat
Probenesid, salisilat, fenilbutazon
↑ kadar metotreksat → toleransi hebat (juga akibat kerusakan ginjal oleh AINS) 


Probenesid, sulfinpirazon
salisilat
↓ sekresi digoksin di tubulus ginjal (dan ↑ absorpso di usus halus)

2
P-glikoprotein




Prokaonamod
Simetidin, ranitidin (tidak: famotidin)
↓ klirens prokainamid


digoksin
kuinidin, amiodaron, verapamil
↓ekskresi digoksin di tubulus ginjal (dan ↑absorpso di usus halus)






c.
Perubahan pH urin
Perubahan ini akan menghasilkan perubahan klirens ginjal (melalui perubahan jumlah reabsorpsi pasif di tubuli ginjal) yang berarti secara klinik hanya jika : 1) fraksi obat yang diekskresi utuh oleh ginjal cukup besar (lebih dari 30%), dan 2) obat berupa basa lemah denga pKa 6,0-12,0, atau asam lemah dengan pKa 2,0-7,5.


Obat A
obat B
Efek


Obat bersifat basa : amfetamin, efedrin, pseudoefedrin, fenfluramin
Amonium klorida (untuk pengobatan pada keracunan obat A)
Obat B mengasamkan urin → ↑ionisasi obat A →↑ekskresi obat A


kuinidin
Natrium bikarbonat, azetazolamid
Obat B membasakan urin → ↓ionisasi obat A → ↓ekskresi obat A


obat bersifat asam : salisilat, fenobarbital
Natrium bikarboknat (untuk pengobatan pada kerusana obat A)
Obat B membasakan urin → ↑ionisasi obat A →↑ekskresi obat A




Sumber :
Sulistia Gan Gunawan (eds.) Farmakologi dan Terapi, 5th ed. Jakarta: FK Universitas Indonesia; 2008.

Komentar