Haloo Assalamualaikum :)
Ini jadi postingan pertama di 2020 ini,
setelah dilihat lagi, ternyata tidak ada postingan tahun lalu 2019 ni :(
Semoga postingan ini menjadi awal penyemangat dan rajin kedepannya..
Semogaa bermanfaatt :
Sumber :
Sulistia Gan Gunawan (eds.) Farmakologi dan Terapi, 5th ed. Jakarta: FK Universitas Indonesia; 2008.
Ini jadi postingan pertama di 2020 ini,
setelah dilihat lagi, ternyata tidak ada postingan tahun lalu 2019 ni :(
Semoga postingan ini menjadi awal penyemangat dan rajin kedepannya..
Semogaa bermanfaatt :
INTERAKSI OBAT
I
|
Absorpsi
|
|
a.
|
Interaksi langsung
|
Interaksi
secara fisik/kimiawi antar obat dalam lumen saluran cerna sebelum absorpsi
dapat mengganggu proses absorpsi.
Obat A
|
Obat B
|
Efek
|
||
Tetraasiklik, fluorokuinoton
|
Kation multivalen (Ca2+,Mg2+, Al3+ dalam antasid, Ca2+ dalam susu, Fe2+
dalam sediaan besi)
|
Terbentuk kelat yang tidak diabsorpsi → jumlah absorpsi obat A dan Fe2+ ↓
|
||
Digoksin, digotoksin
|
Adsorben, Kaolin, arang aktif)
|
Obat A siabsorpsi oleh obat B → jumlah adsorpsi obat A ↓
|
||
Warfarin, digoksin, siklosporin, asam valporat
|
Resin penukar anion (kolestiramin, kolestipol)
|
Obat A siabsorpsi oleh obat B → jumlah adsorpsi obat A ↓
|
||
Bifosfonat (misalnya alendronat)
|
Kalsium
|
Kompleks yang tidak larut → jumlah absorpsi obat A ↓
|
||
b.
|
Perubahan pH cairan saluran cerna
|
Cairan
saluran cerna yang alkalis, misalnya akibat antacid, H2 bloker atau penghambat
pompa proton akan meningkatkan kelarutan obat bersifat asam yang sukar larut
dalam suasana asam.
Obat A
|
Obat B
|
Efek
|
||
Antasida, H2, bloker, penghambat pompa proton
|
Aspirin, glibenklamid, glipizid, tolbutamid
|
Kelarutan obat B (obat-obat asam)↑ → absorpsi obat B↑
|
||
Idem
|
Ketokonazil, itrakonazol, (flukonazol tidak dipengaruhi)
|
Kelarutan obat B (obat-obat basa ↓
→ absorpsi obat B ↓
|
||
Antasida, H2, bloker, penghambat pompa proton
|
Penisilin G, eritromisin
|
|||
Antasida, H2, bloker, penghambat pompa proton
|
Fe
|
pH lambung ↑ → jumlah absorpsi obat b ↓
|
||
Vitamin C
|
Fe
|
Jumlah absorpsi obat ↓ → absorpsi obat ↑
|
||
c.
|
Perubahan waktu pengosongan lambung dan transit usus
|
Usus halus
adalah tempat absorpsi utama untuk semua obat, termausk obat bersifat asam. Di
sini absorpsi jauh lebih ceoat daripada di lambung. Oleh karena itu, makin
cepat obat sampai di usus halus, maka makin ceoat juga absorpsinya.
Obat A
|
Obat B
|
Efek
|
||
Antikolinergik, antidepresi trisiklik, analgesik narkotik, Al(OH)2 dalam
antasida
|
Parasetamol, diazepam, propanolol, fenilbutazon
|
Obat A memperpanjang waktu
pengosongan lambung → memperlambat absorpsi obat B
|
||
Idem
|
Levodopa
|
Obat A memperpanjang waktu
pengosongan lambung → bioavaibilitas obat B↓ (karena ↑ pembentukan dopamin
oleh enzim dopa dekarboksilase di mukosa saluran cerna
|
||
Idem
|
Klorpomazin
|
Obat A memperpanjang waktu
pengosongan lambung → bioavaibilitas obat B↓ (karena ↑ metabolisme oleh enzim
di mukosa saluran cerna
|
||
Idem
|
Digoksin, korsteroid
|
Obat A memperpanjang waktu transit usus → bioavaibilitas obat B↑ (karena
obat B sukar larut dalam air sehingga memerlukan waktu untuk melarut dalam
cairan saluran cerna)
|
||
Idem
|
Dikumarol
|
Idem (karena obat B sulit diabsorpsi)
|
||
Metoklopramid, laksans, Mg(OH)2 dalam antasid
|
parasetamol, diazepam, propanolol
|
Obat A memperpendek waktu pengosongan lambung → mempercepan absorpsi obat
B
|
||
Idem
|
levodopa
|
Obat A memperpendek waktu pengosongan lambung → bioavaibilitas obat B ↑
|
||
Idem
|
digoksin, prednison, dikumarol
|
obat A memperpendek waktu transit usus
→ bioavaibilitas obat B↓
|
d
|
Efek toksik pada saluran cerna
|
Terapi dengan
asam mefenamat, neomisin, dan klokisin menimbulkan sindrim malavsorpsi yang
menyebabkan absorpsi obat lain terganggu
Obat A
|
Obat B
|
Efek
|
||
Kolkisin
|
Vitamin B12
|
Obat A mengganggu absorpsi obat B di ileum sehingga dapat menyebakan
anemia megaloblastik
|
||
Neomisin
|
Penisilin V, digoksin, vitamin B12
|
obat A mengurangi absorpsi obat B
|
||
Neomisin
|
Kolesterol, asam-asam empedu, vitamin A
|
Obat A mengganggu pembentukan misal → menghambat absorpsi obat B
|
||
e
|
Mekanisme tidak diketahui
|
Beberapa obat
mengurangi jumlah absorpsi obat lain dengan mekanisme yang tidak diketahui.
Obat A
|
Obat B
|
Efek
|
||
Al(OH)2
|
Propanolol, ING, Indometasin
|
obat A mengurangi absorpsi obat B
|
||
Antasid
|
Fenitoin, siimetidin, ranitidin, klorpromazin
|
Idem
|
||
Furosemid
|
Fenitoin, siimetidin, ranitidin, klorpromazin
|
Idem
|
||
Sulfaselazin
|
digoksin
|
Idem
|
||
II
|
Eksresi Ginjal
|
|||
a
|
Gangguan ekskresi ginjal akibat kerusakan ginjal oleh obat
|
|||
Obat-obat
yang dapet menyebabkan kerusakan ginjal adalah aminoglikosida, siklosporin, dan
amfoterisin B. jika obat-obat ini diberikan Bersama obat-obat lain yang
eliminasinya terutama melalui ginjal maka akan terjadi akumulasi obat-obat lain
tersebut sehingga menimbulkan efek toksik.
Obat A
|
Obat B
|
Efek
|
||
Obat A merusak ginjal → akumulasi obat B yang dieliminsasi terutama
melalui ginjal → efek toksik obat B
|
||||
Aminoglikosida, siklosporin
|
digoksin
|
↑ kadar digoksin → efek toksik
|
||
amfoterisin B
|
flusitosin
|
↑ kafat flusitosin → depresi sumsum tulang
|
||
Aminoglikosida
|
AINS, amfoterisin B
|
Sinergisme dapat menimbulkan kerusakan ginjal
|
||
b
|
Kompetisi untuk sekresi aktif di tubulus ginjal
|
Hambatan
sekresi aktif di tubulus ginjal terjadi akibat kompetisi antara obat dan
metabolit obat untuk sistem transport aktif yang sama, yakni P-glikoprotein
untuk kation organic dan zat netral, dan multidrug restistance protein (MRP)
untuk anion organic dan konjugat.
Substrat
|
Penghambat
|
Efek
|
||
1
|
MRP
|
|||
Penisilin, sefalosporin
|
Probenesid
|
↓ klirens penisilin → kerja penisilin menjadi panjang
|
||
Metotresksat
|
Probenesid, salisilat, fenilbutazon
|
↑ kadar metotreksat → toleransi hebat (juga akibat kerusakan ginjal oleh
AINS)
|
||
Probenesid, sulfinpirazon
|
salisilat
|
↓ sekresi digoksin di tubulus ginjal (dan ↑ absorpso di usus halus)
|
||
2
|
P-glikoprotein
|
|||
Prokaonamod
|
Simetidin, ranitidin (tidak: famotidin)
|
↓ klirens prokainamid
|
||
digoksin
|
kuinidin, amiodaron, verapamil
|
↓ekskresi digoksin di tubulus ginjal (dan ↑absorpso di usus halus)
|
||
c.
|
Perubahan pH urin
|
Perubahan ini
akan menghasilkan perubahan klirens ginjal (melalui perubahan jumlah reabsorpsi
pasif di tubuli ginjal) yang berarti secara klinik hanya jika : 1) fraksi obat
yang diekskresi utuh oleh ginjal cukup besar (lebih dari 30%), dan 2) obat
berupa basa lemah denga pKa 6,0-12,0, atau asam lemah dengan pKa 2,0-7,5.
Obat A
|
obat B
|
Efek
|
||
Obat bersifat basa : amfetamin, efedrin, pseudoefedrin, fenfluramin
|
Amonium klorida (untuk pengobatan pada keracunan obat A)
|
Obat B mengasamkan urin → ↑ionisasi obat A →↑ekskresi obat A
|
||
kuinidin
|
Natrium bikarbonat, azetazolamid
|
Obat B membasakan urin → ↓ionisasi obat A → ↓ekskresi obat A
|
||
obat bersifat asam : salisilat, fenobarbital
|
Natrium bikarboknat (untuk pengobatan pada kerusana obat A)
|
Obat B membasakan urin → ↑ionisasi obat A →↑ekskresi obat A
|
Sumber :
Sulistia Gan Gunawan (eds.) Farmakologi dan Terapi, 5th ed. Jakarta: FK Universitas Indonesia; 2008.
Komentar
Posting Komentar